Rabu, 14 September 2011

PERAN PENDIDIKAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN


Untuk melihat peran pendidikan agama dalam pembentukan kepribadian, sekurang-kurngnya harus dibicarakan apa itu kepribadian dan apa inti pendidikan agama. Yang "inti" itulah yang besar perannya dalam pembentukan kepribadian. Penting pula dibicarakan upaya yang harus dilakukan agar pendidikan agama itu berperan dalam pembentukan kepribadian.

Apa Kepribadian?
Kepribadian ialah sesuatu yang dengan jelas membedakan seseorang dengan orang lain ialah kepribadiannya. Kepribadian itu adalah karakteristik umum seseorang. Kepribadian itu mengandung berbagai karakteristik pula seperti cara bertindak, minat, kemampuan intelektual, dan sikap pada umumnya. Gabungan seluruh karakteristik itulah yang membentuk kepribadian. Kepribadian menunjuk keseluruhan individu itu.
Memang, dalam garis besarnya kepribadian itu merupakan gabungan karakteristik pisik dan psikis seseorang individu. Tetapi karakteristik psikis itulah yang menandai secara dominan kepribadian seseorang.

Orang awam, oleh karena itu, secara gampang menandai kepribadian seseorang pada akhlaknya. Bila akhlaknya baik maka orang itu dikatakan kepribadiannya baik. Itu tidak salah, tetapi belum lengkap. Belum lengkap karena akhlak itu berulah sebagian dari kepribadian. Mungkin anda pernah mendengar kata-kata ini: "orang
itu integritas kepribadiannya diragukan." Kalimat ini mengandung dua pengertian. Pertama, mungkin yang dimaksud ialah orang itu akhlaknya diragukan. Kedua, mungkin dalam pengertian sebenarnya, yaitu kepribadian tidak terintegrasi. Pengertian yang kedua ini hanya mudah dipahami oleh orang yang telah mempelajari psikologi. Pokoknya begini sajalah, orang yang berkepribadian bagus adalah orang yang secara keseluruhannya bagus, ya akhlaknya bagus, pola pikirnya bagus, minatnya bagus, keseluruhan sikapnya bagus. Tentu semua orang senang kepada orang seperti itu. Orang tua pasti menginginkan anaknya berkembang menuju terbentuknya kepribadian yang bagus seperti itu.

Inti Agama Islam
Di dalam Antropologi disebutkan bahwa kebudayaan (cara manusia bersikap, berpikir dan bertindak), akan ditentukan oleh sesuatu yang diyakininya benar dan/atau baik. Jika telah menyangkut keyakinan, maka itu berarti telah menyangkut agama, dalam pengertian yang umum. Sedangkan di dalam uraian di atas diketahui bahwa cara bersikap, berpikir dan bertindak itulah inti kepribadian seseorang. Jadi, jelas bahwa agama merupakan hal yang amat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian seseorang. Dari Antropologi kita mengetahui bahwa agama itulah yang merupakan inti kepribadian.

Apa yang dimaksud agama di sini? Agama mengandung dua ajaran pokok. Pertama mengenai keyakinan dan kedua mengenai prilaku yang ً sesuai dengan keyakinan itu. Susunan itu telah menjelaskan bahwa yang inti dalam agama (dalam hal ini Islam) adalah keyakinan. Karen itulah maka pendidikan agama dalam rangka pembentukan kepribadian anak harus mengutamakan pendidikan keimanan anak.

Selanjutnya, bagaimana menanamkan iman itu kepada seseorang (terutama kepada anak-anak kita) pada zaman moderen seperti sekarang ini agar terbentuk yang bagus yaitu kepribadian muslim.

Karakteristik Zaman Moderen
 
Setiap orang harus berjuang untuk membentuk kepribadiannya.Agar sesuai dengan perkembangan zaman, ke arah mana kepribadian itu dibentuk? Bagi ornag Islam arah pembentukan itu sudah jelas yaitu kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam, singkatnya:

kepribadian muslim.

Faktor penyulit pembentukan kepribadian muslim pada zaman moderen ini terutama datang dari karakteristik zaman moderen itu sendiri.

Pendapat yang paling umum dianut mengatakan bahwa zaman modern ialah zaman yang disitu Rasionalisme dengan segala turunannya, dijadikan standar dalam bersikap, berpikir dan berbuat. Jadi, jika begitu maka Rasionalisme itulah yang seharusnya dijadikan standar dalam pembentukan kepribadian. Kesulitan yang dihadapi ialah kenyataannya ajaran Islam itu tidak semuanya rasional.

Kesulitan kedua datang dari produk Rasionalisme tersebut. Rasionalisme yang berkembang di Barat itu menghasilkan kebudayaan seperti yang kita saksikan sekarang. Kebudayaan Barat yang sedang diglobalkan sekarang ini banyak yang bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam prakteknya amat sulit membentuk kepribadian anak atau murid kita. Kesulitan itu disebabkan oleh adanya pertentangan antara ajaran agamanya dengan sebagian dari kebudayaan yang mempengaruhinya. Membentuk kepribadian murid kita tidak sulit, yang sulit ialah membentuk kepribadian yang terintegrasi.

Apkah ada cara menghadapi ini? Ada. Cara itu ialah usaha pembentukkan pandangan hidup muslim. Pandangan hidup muslim itulah yang dapat membantu siswa kita atau remaja kita menyaring kebudayaan yang mempengaruhinya itu. Kemampuan menyaring itulah pada akhirnya yang menentukan pembentukan kepribadiannya. Pandangan hidup muslim ialah iman. Dalam Islam, ciri kepribadian terlihat pada akhlaknya.

Pendidikan Keimanan Generasi Muda

Islam masuk ke Indonesia ini sebenarnya sudah cukup lama. Sekarang ini jumlah penganut Islam masih mayoritas. Meletakkan angka 85% agaknya cukup beralasan. Karena sudah lama dan jumlahnya mayoritas, maka mestinya keimanan orang Indonesia sudah baik, karena keimanan sudah baik maka mestinya akhlak orang Indonesia sekarang ini sudah baik, rumah tangga orang Indonesia seharusnya juga sudah merupakan rumah tangga sakinah. Tapi mengapa tidak demikian?
Islam yang masuk ke Indonesia ini pada mulanya ialah Islam yang tidak utuh. Islam yang mula-mula masuk ke kita ialah Islam fikih, yaitu Islam yang mengajarkan syahadat, shalat, zakat, puasa dan hajji.

Tatkala orang akan melaksanakan hajji sering kita dengar orang mengatkan bahwa orang itu akan menyempurnakan Islamnya. Artinya, orang itu menyangka bila sudah syahadat, shalat, zakat, puasa dan hajji, maka sudah sempurnalah Islamnya. Hal ini berlangsung lama. Barulah pada permulaan abad ke-20, yaitu awal tahun 1900-an, adaً usaha mengajarkan Islam selain fikih itu.

Keterangan sederhananya begini. Islam itu adalah al-din. Al-din_ itu adalah kehidupan. Jadi, Islam itu berupa aturan yang mengatur seluruh kehidupan. tidak hanya mengatur syahadat, shalat, zakat, puasa dan hajji. Barulah pada akhir-akhir ini secara meluas diajarkan bahwa selain soal fikih, Islam juga mengajarkan politik (bernegara), ekonomi, kehidupan sosial, pendidikan, dan lain-lain.

Mengenai pendidikan misalnya, ternyata kita mendidik anak-anak kita sudah jauh menyimpang dari ajaran Islam. Dan ini memang baru-baru ini saja sebagian dari kita menyadarinya. Baru disadari, karena memang tadinya belum ada, yang ada hanya syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji itu saja. Mungkin inilah salah satu penyebab mengapa rumah tangga muslim banyak yang kocar-kacir dan kehilangan ketentramannya selama ini.

Untuk merebut kembali rumah tangga sakinah yang seharusnya dinikmati oleh rumah tangga muslim, sekarang ini perhatian kita harus segera dicurahkan untuk mengkaji bagaimana mendirikan rumah tangga yang Islami, kehidupan islami, melalui ajaran Islam yang lengkap. Kehidupan islami yang hanya berdasarkan rukun Islam yang lima itu tentu saja belum mampu menghasilkan kehidupan yang berbahagian. Kita harus hidup berdasarkan ajaran Islam yang lengap. Dalam hal cara mendidik anak-anak kita misalnya, kita harus gunakan cara-cara yang diajarkan oleh Islam. Kita sudah banyak kecolongan, generasi muda kita sudah banyak yang rusak, rumah tangga muslim sudah banyak yang hancur, karena itulah usaha rekonstruksi pembinaan rumah tangga sudah tidak dapat ditawar lagi.

Usaha rekonstruksi pemikiran dalam menegakkan rumah tangga islami sebenarnya tidaklah rumit. Dalam tahap sederhana cukup dilakukan dua hal saja lebih dahulu. Pertama, suami dan istri mengetahui dan melaksanakan hak dan kewajibannya masing-masing. Kedua, mendidik anak sejak dini sekali secara islami. Buku-buku mengenai hak dan kewajiban suami dan istri sekarang ini sudah benyak beredar. Buku-buku tentang pendidikan anak di rumah tangga yang islami juga mulai banyak beredar. Yang belum banyak beredar ialah kesadaran tentang pentingnya mengetahui dan melaksankan dua hal tersebut.

Rumah tangga muslim sekarang ini benar-benar dalam persimpangan jalan, akankah secara sempurna mengikuti pola Barat atau secara berangsur menigggalkan pola Barat itu untuk beralih ke pola rumah tangga islami secara sempurna? Rumah tangga islami itulah yang akan melahirkan kepribadian islami.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar