Untuk melihat peran pendidikan agama dalam pembentukan
kepribadian, sekurang-kurngnya harus dibicarakan apa itu kepribadian dan apa
inti pendidikan agama. Yang "inti" itulah yang besar perannya dalam
pembentukan kepribadian. Penting pula dibicarakan upaya yang harus dilakukan
agar pendidikan agama itu berperan dalam pembentukan kepribadian.
Apa Kepribadian?
Kepribadian ialah sesuatu yang dengan jelas membedakan
seseorang dengan orang lain ialah kepribadiannya. Kepribadian itu adalah
karakteristik umum seseorang. Kepribadian itu mengandung berbagai karakteristik
pula seperti cara bertindak, minat, kemampuan intelektual, dan sikap pada
umumnya. Gabungan seluruh karakteristik itulah yang membentuk kepribadian.
Kepribadian menunjuk keseluruhan individu itu.
Memang, dalam garis besarnya kepribadian itu merupakan
gabungan karakteristik pisik dan psikis seseorang individu. Tetapi
karakteristik psikis itulah yang menandai secara dominan kepribadian seseorang.
Orang awam, oleh karena itu, secara gampang menandai
kepribadian seseorang pada akhlaknya. Bila akhlaknya baik maka orang itu
dikatakan kepribadiannya baik. Itu tidak salah, tetapi belum lengkap. Belum
lengkap karena akhlak itu berulah sebagian dari kepribadian. Mungkin anda
pernah mendengar kata-kata ini: "orang
itu integritas kepribadiannya diragukan." Kalimat ini
mengandung dua pengertian. Pertama, mungkin yang dimaksud ialah orang itu
akhlaknya diragukan. Kedua, mungkin dalam pengertian sebenarnya, yaitu
kepribadian tidak terintegrasi. Pengertian yang kedua ini hanya mudah dipahami
oleh orang yang telah mempelajari psikologi. Pokoknya begini sajalah, orang
yang berkepribadian bagus adalah orang yang secara keseluruhannya bagus, ya
akhlaknya bagus, pola pikirnya bagus, minatnya bagus, keseluruhan sikapnya
bagus. Tentu semua orang senang kepada orang seperti itu. Orang tua pasti
menginginkan anaknya berkembang menuju terbentuknya kepribadian yang bagus
seperti itu.
Inti Agama Islam
Di dalam Antropologi disebutkan bahwa kebudayaan (cara
manusia bersikap, berpikir dan bertindak), akan ditentukan oleh sesuatu yang
diyakininya benar dan/atau baik. Jika telah menyangkut keyakinan, maka itu
berarti telah menyangkut agama, dalam pengertian yang umum. Sedangkan di dalam
uraian di atas diketahui bahwa cara bersikap, berpikir dan bertindak itulah
inti kepribadian seseorang. Jadi, jelas bahwa agama merupakan hal yang amat
berpengaruh dalam pembentukan kepribadian seseorang. Dari Antropologi kita
mengetahui bahwa agama itulah yang merupakan inti kepribadian.
Apa yang dimaksud agama di sini? Agama mengandung dua
ajaran pokok. Pertama mengenai keyakinan dan kedua mengenai prilaku yang ً sesuai dengan keyakinan itu. Susunan itu telah
menjelaskan bahwa yang inti dalam agama (dalam hal ini Islam) adalah keyakinan.
Karen itulah maka pendidikan agama dalam rangka pembentukan kepribadian anak
harus mengutamakan pendidikan keimanan anak.
Selanjutnya, bagaimana menanamkan iman itu kepada
seseorang (terutama kepada anak-anak kita) pada zaman moderen seperti sekarang
ini agar terbentuk yang bagus yaitu kepribadian muslim.
Karakteristik Zaman Moderen
Setiap orang harus berjuang untuk membentuk
kepribadiannya.Agar sesuai dengan perkembangan zaman, ke arah mana kepribadian
itu dibentuk? Bagi ornag Islam arah pembentukan itu sudah jelas yaitu
kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam, singkatnya:
kepribadian muslim.
Faktor penyulit pembentukan kepribadian muslim pada zaman
moderen ini terutama datang dari karakteristik zaman moderen itu sendiri.
Pendapat yang paling umum dianut mengatakan bahwa zaman
modern ialah zaman yang disitu Rasionalisme dengan segala turunannya, dijadikan
standar dalam bersikap, berpikir dan berbuat. Jadi, jika begitu maka
Rasionalisme itulah yang seharusnya dijadikan standar dalam pembentukan
kepribadian. Kesulitan yang dihadapi ialah kenyataannya ajaran Islam itu tidak
semuanya rasional.
Kesulitan kedua datang dari produk Rasionalisme tersebut.
Rasionalisme yang berkembang di Barat itu menghasilkan kebudayaan seperti yang
kita saksikan sekarang. Kebudayaan Barat yang sedang diglobalkan sekarang ini
banyak yang bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam prakteknya amat sulit
membentuk kepribadian anak atau murid kita. Kesulitan itu disebabkan oleh
adanya pertentangan antara ajaran agamanya dengan sebagian dari kebudayaan yang
mempengaruhinya. Membentuk kepribadian murid kita tidak sulit, yang sulit ialah
membentuk kepribadian yang terintegrasi.
Apkah ada cara menghadapi ini? Ada. Cara itu ialah usaha
pembentukkan pandangan hidup muslim. Pandangan hidup muslim itulah yang dapat
membantu siswa kita atau remaja kita menyaring kebudayaan yang mempengaruhinya
itu. Kemampuan menyaring itulah pada akhirnya yang menentukan pembentukan
kepribadiannya. Pandangan hidup muslim ialah iman. Dalam Islam, ciri
kepribadian terlihat pada akhlaknya.
Pendidikan Keimanan Generasi Muda
Islam masuk ke Indonesia ini sebenarnya sudah cukup lama. Sekarang
ini jumlah penganut Islam masih mayoritas. Meletakkan angka 85% agaknya cukup
beralasan. Karena sudah lama dan jumlahnya mayoritas, maka mestinya keimanan
orang Indonesia sudah baik, karena keimanan sudah baik maka mestinya akhlak
orang Indonesia sekarang ini sudah baik, rumah tangga orang Indonesia
seharusnya juga sudah merupakan rumah tangga sakinah. Tapi mengapa tidak
demikian?
Islam yang masuk ke Indonesia ini pada mulanya ialah Islam
yang tidak utuh. Islam yang mula-mula masuk ke kita ialah Islam fikih, yaitu
Islam yang mengajarkan syahadat, shalat, zakat, puasa dan hajji.
Tatkala orang akan melaksanakan hajji sering kita dengar
orang mengatkan bahwa orang itu akan menyempurnakan Islamnya. Artinya, orang
itu menyangka bila sudah syahadat, shalat, zakat, puasa dan hajji, maka sudah
sempurnalah Islamnya. Hal ini berlangsung lama. Barulah pada permulaan abad
ke-20, yaitu awal tahun 1900-an, adaً usaha
mengajarkan Islam selain fikih itu.
Keterangan sederhananya begini. Islam itu adalah al-din.
Al-din_ itu adalah kehidupan. Jadi, Islam itu berupa aturan yang mengatur
seluruh kehidupan. tidak hanya mengatur syahadat, shalat, zakat, puasa dan
hajji. Barulah pada akhir-akhir ini secara meluas diajarkan bahwa selain soal
fikih, Islam juga mengajarkan politik (bernegara), ekonomi, kehidupan sosial,
pendidikan, dan lain-lain.
Mengenai pendidikan misalnya, ternyata kita mendidik
anak-anak kita sudah jauh menyimpang dari ajaran Islam. Dan ini memang
baru-baru ini saja sebagian dari kita menyadarinya. Baru disadari, karena
memang tadinya belum ada, yang ada hanya syahadat, shalat, zakat, puasa, dan
haji itu saja. Mungkin inilah salah satu penyebab mengapa rumah tangga muslim
banyak yang kocar-kacir dan kehilangan ketentramannya selama ini.
Untuk merebut kembali rumah tangga sakinah yang seharusnya
dinikmati oleh rumah tangga muslim, sekarang ini perhatian kita harus segera
dicurahkan untuk mengkaji bagaimana mendirikan rumah tangga yang Islami,
kehidupan islami, melalui ajaran Islam yang lengkap. Kehidupan islami yang
hanya berdasarkan rukun Islam yang lima itu tentu saja belum mampu menghasilkan
kehidupan yang berbahagian. Kita harus hidup berdasarkan ajaran Islam yang
lengap. Dalam hal cara mendidik anak-anak kita misalnya, kita harus gunakan
cara-cara yang diajarkan oleh Islam. Kita sudah banyak kecolongan, generasi
muda kita sudah banyak yang rusak, rumah tangga muslim sudah banyak yang
hancur, karena itulah usaha rekonstruksi pembinaan rumah tangga sudah tidak
dapat ditawar lagi.
Usaha rekonstruksi pemikiran dalam menegakkan rumah tangga
islami sebenarnya tidaklah rumit. Dalam tahap sederhana cukup dilakukan dua hal
saja lebih dahulu. Pertama, suami dan istri mengetahui dan melaksanakan hak dan
kewajibannya masing-masing. Kedua, mendidik anak sejak dini sekali secara
islami. Buku-buku mengenai hak dan kewajiban suami dan istri sekarang ini sudah
benyak beredar. Buku-buku tentang pendidikan anak di rumah tangga yang islami
juga mulai banyak beredar. Yang belum banyak beredar ialah kesadaran tentang
pentingnya mengetahui dan melaksankan dua hal tersebut.
Rumah tangga muslim sekarang ini benar-benar dalam
persimpangan jalan, akankah secara sempurna mengikuti pola Barat atau secara
berangsur menigggalkan pola Barat itu untuk beralih ke pola rumah tangga islami
secara sempurna? Rumah tangga islami itulah yang akan melahirkan kepribadian
islami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar